untitled -4-

Akhirnya aku mengerti mengapa aku suka hujan
di siang yang berawan
Aku teringat saat kau berkata
"Setelah hujan, akan muncul pelangi di langit siang.
Aku suka saat-saat seperti itu."
Dan aku pun begitu
Sebab saat aku menatap pelangi
Aku selalu teringat padamu, pada senyummu

#Symphony Series: Malam -1-

Sebuah kisah tentang malam
bukan saat langit muram
hanya salah satu pertanda alam

Saat bulan mengintip malu di balik awan
atau sekedar menampakkan lengkung senyumnya
ditemani cahaya crux di langit selatan

tak berjudul -1-

Entah apa jadinya
Jika malam ini
di mana langit cerah berhiaskan bintang
Tak ada dirimu
Wahai purnama
Mungkin seperti pena tanpa tinta di dalamnya
Hampa...

Boneka Neraka -2-

23 November 2009; pukul 11.00

Inspektur!” Janu berlari ke ruangannya dengan napas terengah. Di tangannya terdapat selembar kertas. Wajahnya menunjukkan keterkejutan. Di dalam ruangan satuan reserse dan kriminal hanya ada Inspektur Turangga.
“Saya menemukan surat ini… di kotak pos depan.”
Inspektur Turangga menyambar kertas yang dipegang Janu. Dia membacanya sekilas. Lalu diremasnya kertas itu.
“Jadi boneka bodoh itu ingin bermain dengan kita!?”
“Tapi Pak, mengapa dia mengirim surat pemberitahuan? Seperti bukan dia saja.”
Entahlah. Kita harus ke sana. Aku tahu tempat yang dimaksud.”
“Baik, Pak!”

Wahai polisi-polisi bodoh, kali ini aku berbaik hati. Temui aku di Gerbang Surga di mana kotak gambar yang telah rusak disimpan. Ingat burung phoenix yang mencurinya. Dan saat tiga pengembara menatap langit, pada saat itulah Apollo menunjukkan kehebatannya, dan tawanan surga akan terperangkap selamanya.
[I JUST WANNA PLAY A GAME]

23 November 2009; pukul 11.45
Inspektur Turangga dan Janu tiba di depan sebuah bioskop yang telah terbakar, Madiun Theatre. Bioskop itu terletak di pinggir jalan raya dan diapit oleh dua toko buku yang cukup ramai.
“Apa benar dia ada di sini, Pak?”
“Pesannya yang mengatakan sendiri. Kotak gambar berarti bioskop. Burung phoenix merupakan burung api. Madiun punya dua bioskop yang bankrut, tapi yang ditutup karena kebakaran hanyalah ini.”
“Terus mengapa kita harus ke sini secepat ini? Siapa tahu dia hanya menjebak kita?”
Kukira kau lebih cerdas dari yang aku pikirkan. Tiga pengembara menatap langit adalah saat jarum jam, menit, dan detik menunjuk ke atas, yaitu jam 12.00. Sedangkan Apollo itu dewa matahari Yunani, dia akan membunuh korban selanjutnya pada pukul 12 siang ini. Cepat, waktu kita tidak banyak!”
Inspektur Turangga menjelaskan sambil berlari ke dalam bioskop. Keadaan bioskop itu gelap dan suram karena sudah tidak ada lagi yang datang untuk menonton. Dengan membawa revolver di tangan, Inspektur Turangga dan Janu mulai menyelidiki seluruh isi bioskop. Sang inspektur segera melesat ke lantai 2 bioskop dan memerintahkan Janu menyelidiki lantai 1.
Hoi! Keluar kau, Keparat!” terdengar teriakan di lantai 2.
“Mencariku Inspektur?”
Dari arah punggung inspektur muncul sesosok misterius berjubah hitam dan bertopeng. Inspektur Turangga menjaga jarak dengan sosok tersebut.
“Mana tawananmu?!” Tanya inspektur geram.
“Tawanan? Kau masih belum sadar juga?”
“Aku sudah tahu pola permainanmu. Nama korban, waktu kematian korban, dan cara kau membunuh. Semua berkaitan dengan pesanmu.”
“Oh ya.”
“Hampir saja aku keliru karena kasus ketiga. Itu memang murni kecelakaan. Menurut keterangan anak buahku, sebelum dibawa ke rumah sakit ada beberapa orang yang menolong korban, dan di situlah kau menyelipkan pesanmu. Kebetulan sekali, lalu kau menyesuaikan kembali dengan kasus keempat.”
“Apa benar begitu Inspektur?”
Sosok hitam tersebut memojokkan inspektur ke dalam salah satu ruangan bioskop. Tangan kanannya mengeluarkan revolver dari balik jubah dan diarahkannya senjata api tersebut ke kepala inspektur. Inspektur Turangga refleks juga mengarahkan miliknya ke tubuh Boneka Neraka. Tapi sayang itu hanya tipuan, dengan satu gerakan kilat tangan kiri si boneka --yang juga memegang pistol-- menembakkan peluru 6mm ke tubuh inspektur. Dua bunyi tembakan keras membuat tubuh inspektur terjengkang ke belakang. Cairan merah-kental mengalir tepat di bagian jantung inspektur. Bunyi debam di lantai berdebu di dalam ruangan tersebut mengantar kepergian Inspektur Turangga. Menjadi tawanan surga selamanya.

***

Boneka Neraka berjalan meninggalkan bioskop tua itu. Menanggalkan jubah hitamnya dan melepaskan topengnya. Di belakangnya, bioskop yang dulu pernah dicuri phoenix kini kembali membara. Membakar habis semua benda dan apapun yang ada di dalamnya. Jerit panik warga sekitar terdengar di mana-mana. Dan dari kejauhan terdengar sirene mobil pemdam kebakaran. Sosok Boneka Neraka yang berperawakan sedang-ideal itu berjalan dengan tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Dia membetulkan letak kacamatanya. Kemudian tersenyum simpul dengan ujung bibir kanan tertarik ke atas. Diambilnya telepon selular dari sakunya dan dia mulai mengetik pesan pendek.

I just wanna play a game
Do you want to play?
Join us and come to Heaven Gate
I’ll wait you…

Sending message

Delivered to: Inspektur Turangga

Maaf, Inspektur.” gumamnya sambil tertawa. Tawa setan.

Boneka Neraka -1-

Sesosok tubuh tergantung kaku di langit-langit kamar. Tak terlihat jelas wajahnya, tapi dari ciri fisiknya, tubuh kaku itu adalah seorang perempuan. Suasana remang di kamar tersebut karena penerangan hanya berasal dari layar Apple yang menyala di atas meja.
 
From : boneka_neraka@hell.net
To : cathcute@www.com
Subject : ---
I just wanna play a game
Do you want to play?
Join us and come to Heaven Gate
I’ll wait you…

Tak lama setelah beberapa ketukan keras di pintu terdengar, seorang perempuan paruh baya masuk. Tangannya mencari-cari tombol lampu kamar tersebut. Dan setelah lampu menyala jeritan keras memecahkan ketenangan pagi saat dia melihat mayat anaknya.

***

 Gila! Ini sudah yang keempat!”

Inspektur Turangga Bayu menggerutu di kantornya. Kasus bunuh diri di kota Madiun bertambah lagi. Sejak pertengahan bulan Oktober lalu pelaku bunuh diri itu sudah mencapai empat orang. Sebagian besar pelakunya adalah pelajar putri berusia antara 17 sampai 20 tahun.

Janu, ceritakan lagi kondisi pelaku!” perintahnya.

Janu yang sibuk membuat catatan kasus hari itu menghentikan pekerjaannya. Pelaku bunuh diri kali ini bernama Sherly Anggraini, mahasiswi semester 4 di Universitas Merdeka Madiun. Penyebab kematiannya adalah kehabisan napas karena tercekik oleh tali yang menjerat lehernya. Berdasarkan kekakuan tubuhnya, dapat diperkirakan dia meninggal 12 jam sebelum ditemukan, yaitu sekitar jam 6 sampai jam 7 malam.

“Ini sudah jelas bunuh diri, Pak.”

Bukan. Dia bukan pelaku, dia korban. Bagaimana dengan hasil otopsi?”

“Dari hasil analisa lambung, ditemukan adanya obat tidur di dalam perut korban. Tapi menurut keterangan ibunya, dia minum obat tidur itu karena penyakit insomnianya.”

Sudah kubilang dia itu korban. Sama seperti kasus-kasus sebelumnya. Ada sisa obat tidur atau obat penenang di tubuh korban. Ingat juga kondisi sekeliling korban. Pesan dari Boneka Neraka selalu muncul kan? Kasus ini pasti pembunuhan, dan yang aku khawatirkan akan ada korban selanjutnya.”

“Maksud Bapak?”

“Tidak. Hanya naluri kepolisianku saja.”

Janu agak terkejut dengan dugaan atasannya tersebut. Memang baru empat kasus yang terjadi dan mengatasnamakan Boneka Neraka. Namun, atasannya itu sudah bisa mengambil kesimpulan seperti itu. Apakah benar ini kasus pembunuhan berantai? Dia membetulkan letak kacamatanya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Sementara itu, Inspektur Turangga masih memikirkan kertas yang dibawanya.
  • Korban pertama. Ineke Arini Putri. 17 tahun. Tanggal kejadian 26 Oktober 2009. Penyebab kematian korban adalah overdosis obat penenang. Di handphone korban tertulis sebuah pesan yang sama dari Boneka Neraka. 
  • Korban kedua. Juli Senandung. 20 tahun. Tanggal kejadian 2 November 2009. Penyeban kematian adalah jatuh dari lantai tiga sebuah mal. Ditemukan surat di dalam saku jaket korban dengan pesan yang sama. 
  • Korban ketiga. Ujang Gunawan. 18 tahun. Tanggal kejadian 5 November 2009. Penyebab kematian adalah tertabrak mobil. Korban meninggal karena kehabisan darah saat dalam perjalanan ke rumah sakit. Di sakunya juga ditemukan kertas pesan Boneka Neraka.
  • Korban keempat. Sherly Anggraini. 20 tahun. Tanggal kejadian 16 November 2009 (hari ini). Penyebab kematian adalah tercekik. 

    *** 
Di sebuah ruangan dengan lampu temaram seseorang memandang papan putih yang terletak di depannya.

Ineke Arini Putri 26/10/2009 overdosis
Juli Senandung 02/11/2009 keracunan
Ujang Gunawan 05/11/2009 kecelakaan
Sherly Anggraini 16/11/2009 gantung diri

Dia mencoret nama Sherly dan kemudian menambahkan satu nama lagi. Dia tersenyum. Kemudian tertawa. Sambil menuangkan Vodka ke gelasnya, dia merebahkan diri ke sofa.

Selamat bermain Inspektur.” gumamnya. Sosok misterius itu meminum Vodkanya, diselingi dengan tawa setannya.

Ineke Arini Putri 26/10/2009 overdosis
Juli Senandung 02/11/2009 keracunan
Ujang Gunawan 05/11/2009 kecelakaan
Sherly Anggraini 16/11/2009 gantung diri
Turangga Bayu 23/11/2009 kecelakaan

***

Hujan yang mengguyur kota Madiun siang itu tak mampu menggoyahkan kesibukan di Kantor Polresta Madiun. Inspektur Turangga, Janu, dan beberapa anggota satuan reserse dan kriminal lainnya sibuk menelaah kasus bunuh diri (yang diduga sang inspektur sebagai kasus pembunuhan berantai) baru-baru ini.

Inspektur Turangga Bayu adalah polisi senior berusia sekitar 40 tahun. Badannya tinggi-tegap, tidak seperti polisi-polisi tua lainnya yang berperut buncit. Anti rokok dan alkohol, serta berjiwa pemimpin. Sudah lima tahun dia dipindahkan ke Kepolisian Madiun dari Kepolisian Daerah Jawa Timur di Surabaya. Alasannya karena prestasinya yang terus naik, bantuannya diperlukan di daerah. Sedangkan anak buah kesayangannya, Janu Setiyawan, baru dua tahun lulus dari Akademi Kepolisian. Inspektur Turangga sendiri yang memilihnya sebagai asistennya. Orangnya cerdas. Berperawakan sedang-ideal, khas polisi muda yang baru masuk. Sejak saat itulah, Janu menjadi orang kepercayaan Inspektur Turangga.

“Pak, sepertinya saya sedikit mengerti kasus ini.”

“Bagaimana?”

“Benar kata Bapak. Ini pembunuhan berantai. Entah kebetulan atau tidak, coba lihat nama korban. Dan bandingkan dengan surat dari Boneka Neraka.”

Setelah berpikir sejenak, “Jangan-jangan…”

Iya Pak. Saya berpikir huruf awal dari nama-nama korban cocok dengan isi surat tersebut.” Janu menandai apa yang dimaksudnya.

Ineke; Juli; Ujang; Sherly 
I JUST WANNA PLAY A GAME

“Berarti, kalau berdasarkan analisismu, korban berikutnya adalah seseorang dengan huruf awal namanya ‘T’.”

“Saya rasa begitu, Pak.”

“Tapi siapa orang itu? Warga Madiun ada seribu orang lebih!”

“Saya sudah membuat daftarnya Pak. Di kota Madiun ini orang dengan huruf awal namanya ‘T’ ada sekitar 80 orang. Kita mungkin bisa menanyainya satu-persatu.”

“Hh… ada namaku juga ya.” inspektur tersenyum.

Janu juga ikut tersenyum. Ujung bibir kanannya tertarik ke atas. “Tidak mungkin Boneka Neraka berani mendekati Bapak.”

Sang inspektur memandangnya, “Apa ada hal lain yang kau temukan? Persamaan dari keempat korban tersebut? Kita tidak mungkin harus menanyai kedelapan puluh orang tersebut kan?”

“Untuk sementara ini saya belum menemukannya, Pak. Tapi saya akan terus berusaha.”

Baik. Lanjutkan pekerjaanmu!”

untitled -3-

Pernah suatu kali, aku bertanya
Bukan pada dirimu, atau orang lain
Pertanyaan sederhana pada diri sendiri

Apakah kamu hanya menganggapku
Sebagai teman yang hanya perlu diingat namanya saja?
Karena kita hanya bertemu sepintas lalu
Dan saat bertemu kembali, kita hanya bertukar senyum dan sapa

untitled -2-

Ingatkah, kamu pernah bercerita padaku
tentang indahnya pelangi
tentang bagaimana sukanya kamu
pada bias tujuh warna sinar matahari itu
"Aku ingin menjadi pelangi"

Lalu waktu itu, saat hujan selesai turun
kamu tidak seperti biasa
muram, murung
sebab tak ada pelangi
"Seandainya aku bisa menjadi pelangi terkahir"

Dan aku selalu ingin menjadi matahari
yang muncul saat hujan berhenti
bersama pelangi
agar aku dapat melihat senyummu lagi
senyum pelangimu

-dari seseorang yang mungkin kau tak tahu kalau dia begitu mencintaimu-

untitled -1-

Dan suatu hari nanti,
kalau aku bisa berjumpa denganmu lagi,
aku harap kita tidak hanya saling senyum dan sapa,
namun bisa bersamamu walau hanya sekejap,
meskipun cuma bertanya kabar,
aku (sangat) berharap

-dari seseorang yang ingin kamu menganggapnya istimewa-