Boneka Neraka -1-

Sesosok tubuh tergantung kaku di langit-langit kamar. Tak terlihat jelas wajahnya, tapi dari ciri fisiknya, tubuh kaku itu adalah seorang perempuan. Suasana remang di kamar tersebut karena penerangan hanya berasal dari layar Apple yang menyala di atas meja.
 
From : boneka_neraka@hell.net
To : cathcute@www.com
Subject : ---
I just wanna play a game
Do you want to play?
Join us and come to Heaven Gate
I’ll wait you…

Tak lama setelah beberapa ketukan keras di pintu terdengar, seorang perempuan paruh baya masuk. Tangannya mencari-cari tombol lampu kamar tersebut. Dan setelah lampu menyala jeritan keras memecahkan ketenangan pagi saat dia melihat mayat anaknya.

***

 Gila! Ini sudah yang keempat!”

Inspektur Turangga Bayu menggerutu di kantornya. Kasus bunuh diri di kota Madiun bertambah lagi. Sejak pertengahan bulan Oktober lalu pelaku bunuh diri itu sudah mencapai empat orang. Sebagian besar pelakunya adalah pelajar putri berusia antara 17 sampai 20 tahun.

Janu, ceritakan lagi kondisi pelaku!” perintahnya.

Janu yang sibuk membuat catatan kasus hari itu menghentikan pekerjaannya. Pelaku bunuh diri kali ini bernama Sherly Anggraini, mahasiswi semester 4 di Universitas Merdeka Madiun. Penyebab kematiannya adalah kehabisan napas karena tercekik oleh tali yang menjerat lehernya. Berdasarkan kekakuan tubuhnya, dapat diperkirakan dia meninggal 12 jam sebelum ditemukan, yaitu sekitar jam 6 sampai jam 7 malam.

“Ini sudah jelas bunuh diri, Pak.”

Bukan. Dia bukan pelaku, dia korban. Bagaimana dengan hasil otopsi?”

“Dari hasil analisa lambung, ditemukan adanya obat tidur di dalam perut korban. Tapi menurut keterangan ibunya, dia minum obat tidur itu karena penyakit insomnianya.”

Sudah kubilang dia itu korban. Sama seperti kasus-kasus sebelumnya. Ada sisa obat tidur atau obat penenang di tubuh korban. Ingat juga kondisi sekeliling korban. Pesan dari Boneka Neraka selalu muncul kan? Kasus ini pasti pembunuhan, dan yang aku khawatirkan akan ada korban selanjutnya.”

“Maksud Bapak?”

“Tidak. Hanya naluri kepolisianku saja.”

Janu agak terkejut dengan dugaan atasannya tersebut. Memang baru empat kasus yang terjadi dan mengatasnamakan Boneka Neraka. Namun, atasannya itu sudah bisa mengambil kesimpulan seperti itu. Apakah benar ini kasus pembunuhan berantai? Dia membetulkan letak kacamatanya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Sementara itu, Inspektur Turangga masih memikirkan kertas yang dibawanya.
  • Korban pertama. Ineke Arini Putri. 17 tahun. Tanggal kejadian 26 Oktober 2009. Penyebab kematian korban adalah overdosis obat penenang. Di handphone korban tertulis sebuah pesan yang sama dari Boneka Neraka. 
  • Korban kedua. Juli Senandung. 20 tahun. Tanggal kejadian 2 November 2009. Penyeban kematian adalah jatuh dari lantai tiga sebuah mal. Ditemukan surat di dalam saku jaket korban dengan pesan yang sama. 
  • Korban ketiga. Ujang Gunawan. 18 tahun. Tanggal kejadian 5 November 2009. Penyebab kematian adalah tertabrak mobil. Korban meninggal karena kehabisan darah saat dalam perjalanan ke rumah sakit. Di sakunya juga ditemukan kertas pesan Boneka Neraka.
  • Korban keempat. Sherly Anggraini. 20 tahun. Tanggal kejadian 16 November 2009 (hari ini). Penyebab kematian adalah tercekik. 

    *** 
Di sebuah ruangan dengan lampu temaram seseorang memandang papan putih yang terletak di depannya.

Ineke Arini Putri 26/10/2009 overdosis
Juli Senandung 02/11/2009 keracunan
Ujang Gunawan 05/11/2009 kecelakaan
Sherly Anggraini 16/11/2009 gantung diri

Dia mencoret nama Sherly dan kemudian menambahkan satu nama lagi. Dia tersenyum. Kemudian tertawa. Sambil menuangkan Vodka ke gelasnya, dia merebahkan diri ke sofa.

Selamat bermain Inspektur.” gumamnya. Sosok misterius itu meminum Vodkanya, diselingi dengan tawa setannya.

Ineke Arini Putri 26/10/2009 overdosis
Juli Senandung 02/11/2009 keracunan
Ujang Gunawan 05/11/2009 kecelakaan
Sherly Anggraini 16/11/2009 gantung diri
Turangga Bayu 23/11/2009 kecelakaan

***

Hujan yang mengguyur kota Madiun siang itu tak mampu menggoyahkan kesibukan di Kantor Polresta Madiun. Inspektur Turangga, Janu, dan beberapa anggota satuan reserse dan kriminal lainnya sibuk menelaah kasus bunuh diri (yang diduga sang inspektur sebagai kasus pembunuhan berantai) baru-baru ini.

Inspektur Turangga Bayu adalah polisi senior berusia sekitar 40 tahun. Badannya tinggi-tegap, tidak seperti polisi-polisi tua lainnya yang berperut buncit. Anti rokok dan alkohol, serta berjiwa pemimpin. Sudah lima tahun dia dipindahkan ke Kepolisian Madiun dari Kepolisian Daerah Jawa Timur di Surabaya. Alasannya karena prestasinya yang terus naik, bantuannya diperlukan di daerah. Sedangkan anak buah kesayangannya, Janu Setiyawan, baru dua tahun lulus dari Akademi Kepolisian. Inspektur Turangga sendiri yang memilihnya sebagai asistennya. Orangnya cerdas. Berperawakan sedang-ideal, khas polisi muda yang baru masuk. Sejak saat itulah, Janu menjadi orang kepercayaan Inspektur Turangga.

“Pak, sepertinya saya sedikit mengerti kasus ini.”

“Bagaimana?”

“Benar kata Bapak. Ini pembunuhan berantai. Entah kebetulan atau tidak, coba lihat nama korban. Dan bandingkan dengan surat dari Boneka Neraka.”

Setelah berpikir sejenak, “Jangan-jangan…”

Iya Pak. Saya berpikir huruf awal dari nama-nama korban cocok dengan isi surat tersebut.” Janu menandai apa yang dimaksudnya.

Ineke; Juli; Ujang; Sherly 
I JUST WANNA PLAY A GAME

“Berarti, kalau berdasarkan analisismu, korban berikutnya adalah seseorang dengan huruf awal namanya ‘T’.”

“Saya rasa begitu, Pak.”

“Tapi siapa orang itu? Warga Madiun ada seribu orang lebih!”

“Saya sudah membuat daftarnya Pak. Di kota Madiun ini orang dengan huruf awal namanya ‘T’ ada sekitar 80 orang. Kita mungkin bisa menanyainya satu-persatu.”

“Hh… ada namaku juga ya.” inspektur tersenyum.

Janu juga ikut tersenyum. Ujung bibir kanannya tertarik ke atas. “Tidak mungkin Boneka Neraka berani mendekati Bapak.”

Sang inspektur memandangnya, “Apa ada hal lain yang kau temukan? Persamaan dari keempat korban tersebut? Kita tidak mungkin harus menanyai kedelapan puluh orang tersebut kan?”

“Untuk sementara ini saya belum menemukannya, Pak. Tapi saya akan terus berusaha.”

Baik. Lanjutkan pekerjaanmu!”

0 komentar: