Boneka Neraka -2-

23 November 2009; pukul 11.00

Inspektur!” Janu berlari ke ruangannya dengan napas terengah. Di tangannya terdapat selembar kertas. Wajahnya menunjukkan keterkejutan. Di dalam ruangan satuan reserse dan kriminal hanya ada Inspektur Turangga.
“Saya menemukan surat ini… di kotak pos depan.”
Inspektur Turangga menyambar kertas yang dipegang Janu. Dia membacanya sekilas. Lalu diremasnya kertas itu.
“Jadi boneka bodoh itu ingin bermain dengan kita!?”
“Tapi Pak, mengapa dia mengirim surat pemberitahuan? Seperti bukan dia saja.”
Entahlah. Kita harus ke sana. Aku tahu tempat yang dimaksud.”
“Baik, Pak!”

Wahai polisi-polisi bodoh, kali ini aku berbaik hati. Temui aku di Gerbang Surga di mana kotak gambar yang telah rusak disimpan. Ingat burung phoenix yang mencurinya. Dan saat tiga pengembara menatap langit, pada saat itulah Apollo menunjukkan kehebatannya, dan tawanan surga akan terperangkap selamanya.
[I JUST WANNA PLAY A GAME]

23 November 2009; pukul 11.45
Inspektur Turangga dan Janu tiba di depan sebuah bioskop yang telah terbakar, Madiun Theatre. Bioskop itu terletak di pinggir jalan raya dan diapit oleh dua toko buku yang cukup ramai.
“Apa benar dia ada di sini, Pak?”
“Pesannya yang mengatakan sendiri. Kotak gambar berarti bioskop. Burung phoenix merupakan burung api. Madiun punya dua bioskop yang bankrut, tapi yang ditutup karena kebakaran hanyalah ini.”
“Terus mengapa kita harus ke sini secepat ini? Siapa tahu dia hanya menjebak kita?”
Kukira kau lebih cerdas dari yang aku pikirkan. Tiga pengembara menatap langit adalah saat jarum jam, menit, dan detik menunjuk ke atas, yaitu jam 12.00. Sedangkan Apollo itu dewa matahari Yunani, dia akan membunuh korban selanjutnya pada pukul 12 siang ini. Cepat, waktu kita tidak banyak!”
Inspektur Turangga menjelaskan sambil berlari ke dalam bioskop. Keadaan bioskop itu gelap dan suram karena sudah tidak ada lagi yang datang untuk menonton. Dengan membawa revolver di tangan, Inspektur Turangga dan Janu mulai menyelidiki seluruh isi bioskop. Sang inspektur segera melesat ke lantai 2 bioskop dan memerintahkan Janu menyelidiki lantai 1.
Hoi! Keluar kau, Keparat!” terdengar teriakan di lantai 2.
“Mencariku Inspektur?”
Dari arah punggung inspektur muncul sesosok misterius berjubah hitam dan bertopeng. Inspektur Turangga menjaga jarak dengan sosok tersebut.
“Mana tawananmu?!” Tanya inspektur geram.
“Tawanan? Kau masih belum sadar juga?”
“Aku sudah tahu pola permainanmu. Nama korban, waktu kematian korban, dan cara kau membunuh. Semua berkaitan dengan pesanmu.”
“Oh ya.”
“Hampir saja aku keliru karena kasus ketiga. Itu memang murni kecelakaan. Menurut keterangan anak buahku, sebelum dibawa ke rumah sakit ada beberapa orang yang menolong korban, dan di situlah kau menyelipkan pesanmu. Kebetulan sekali, lalu kau menyesuaikan kembali dengan kasus keempat.”
“Apa benar begitu Inspektur?”
Sosok hitam tersebut memojokkan inspektur ke dalam salah satu ruangan bioskop. Tangan kanannya mengeluarkan revolver dari balik jubah dan diarahkannya senjata api tersebut ke kepala inspektur. Inspektur Turangga refleks juga mengarahkan miliknya ke tubuh Boneka Neraka. Tapi sayang itu hanya tipuan, dengan satu gerakan kilat tangan kiri si boneka --yang juga memegang pistol-- menembakkan peluru 6mm ke tubuh inspektur. Dua bunyi tembakan keras membuat tubuh inspektur terjengkang ke belakang. Cairan merah-kental mengalir tepat di bagian jantung inspektur. Bunyi debam di lantai berdebu di dalam ruangan tersebut mengantar kepergian Inspektur Turangga. Menjadi tawanan surga selamanya.

***

Boneka Neraka berjalan meninggalkan bioskop tua itu. Menanggalkan jubah hitamnya dan melepaskan topengnya. Di belakangnya, bioskop yang dulu pernah dicuri phoenix kini kembali membara. Membakar habis semua benda dan apapun yang ada di dalamnya. Jerit panik warga sekitar terdengar di mana-mana. Dan dari kejauhan terdengar sirene mobil pemdam kebakaran. Sosok Boneka Neraka yang berperawakan sedang-ideal itu berjalan dengan tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Dia membetulkan letak kacamatanya. Kemudian tersenyum simpul dengan ujung bibir kanan tertarik ke atas. Diambilnya telepon selular dari sakunya dan dia mulai mengetik pesan pendek.

I just wanna play a game
Do you want to play?
Join us and come to Heaven Gate
I’ll wait you…

Sending message

Delivered to: Inspektur Turangga

Maaf, Inspektur.” gumamnya sambil tertawa. Tawa setan.

0 komentar: